Ibuku Bagaikan Sebuah Jam yang berbunyi setiap hari,
Mengetuk pintu, membisikkan nyanyian embun pagi,
Berharap sang ayam keluar dari kandangnya untuk berlalri,
menanak nasi, membelai panasnya sang api,
Makan, sarapanmu sudah siap kata sang penari,
mengiris lelah, keringat tak lagi memiliki arti,
Demi sepatah kata sang ibu pun berlari,
Hati hati dijalan nak, semoga hari mu indah seperti layaknya sang mentari.
Sang mentari pergi, sang penari pun tetap menjadi saksi,
Menutup pintu rumah dengan keringat yang sungguh berarti,
Menghela nafas, berharap bahagia kan sesalu menemani,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar