Rabu, 18 Desember 2019

PESAN KOMUNIKASI NONVERBAL LUKISAN MELALUI TEKNIK LUKIS KONTEMPORER /NONVERBAL COMMUNICATION MESSAGES OF PAINTING THROUGH ENGINEERING CONTEMPORARY LAYER

PESAN KOMUNIKASI NONVERBAL LUKISAN MELALUI TEKNIK LUKIS KONTEMPORER
NONVERBAL COMMUNICATION MESSAGES OF PAINTING THROUGH ENGINEERING CONTEMPORARY LAYER
Muhammad Naufal, Dr. Ani Yuningsih. Dra., M.Si
Prodi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: mnaufallubiss@gmail.com    

Abstract. With the development of painting in Indonesia is so rapid now that painting can be one tool to convey the message symbolically. The problem is when a painter describes a message through contemporary paintings of many communities or targets of the painter who can not understand the elements / messages in the painting, such as the meaning of the colors, the intentions of the characters and shapes made, the rough textures As well as the lines that even have different messages of each form, so that many people do not know clearly the content of the message in the painting made by the painter The purpose of research to determine the effectiveness of the use of colors, characters and shapes, streaks and lines, Texture through contemporary painting techniques in conveying messages. Descriptive research method with interview techniques, observation, and literature review that explains or discusses events without testing the hypothesis or numbers. The results of the discussion show that the use of colors, characters and shapes, streaks and lines, and textures through contemporary painting techniques can be said to be effective because the message contained in the painting can be understood its meaning and understood by contemporary paint lovers.

Keywords: Message, Nonverbal Communication, Contemporary Painting

Abstrak. Dengan berkembangnya seni lukis di Indonesia yang begitu pesat sekarang lukisan bisa menjadi salah satu alat untuk menyampaikan pesan secara simbolis. Permasalahannya adalah ketika seorang pelukis menggambarkan sebuah pesan melalui lukisan kontemporer banyak masyarakat atau target dari si pelukis yang tidak dapat memahami unsur-unsur/pesan yang ada di dalam lukisan itu, seperti arti dari warna, maksud dari karakter dan bentuk yang dibuat, tekstur yang kasar maupun halus, dan garis yang bahkan memiliki pesan yang berbeda setiap bentuknya, sehingga banyak orang yang tidak mengetahui secara jelas isi pesan yang ada di dalam lukisan yang dibuat oleh sang pelukis Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas penggunaan warna, karakter dan bentuk, coretan dan garis, tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan. Metode penelitian deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan tinjauan pustaka yang memaparkan atau membahas peristiwa tanpa menguji hipotesis atau angka-angka. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa penggunaan warna, karakter dan bentuk, coretan dan garis, serta tekstur melalui teknik lukis kontemporer dapat dikatakan efektif karena pesan yang terdapat di dalam lukisan dapat dimengerti maknanya dan dipahami oleh para pencinta seni lukis kontemporer.

Kata Kunci: Pesan, Komunikasi Nonverbal, Lukisan Kontemporer



A.                Pendahuluan
Komunikasi pada saat ini sangat berkembang pesat, baik itu median atau alat komunikasi yang terus berkembang seiring dengan majunya teknologi komunkasi. Komunikasi nonverbal yang ada di sekitar kita menjadi salah satu teknik untuk menyampaikan pesan yang sering digunakan oleh masyarakat.
Dalam sebuah lukisan ternyata banyak terdapat pesan – pesan komunikasi di dalamnya sehingga lukisan dapat menjadi salah satu alat atau media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Tetapi banyak masyarakat yang melihat lukisan hanya berdasarkan bagusnya saja, tidak melihat isi pesan yang ada di dalam lukisan tersebut..
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer”. Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini diuraikan dalam pokok-pokok sbb.
1.      Bagaimana efektivitas penggunaan warna melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
2.      Bagaimana efektivitas penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
3.      Bagaimana efektivitas penggunaan coretan dan garis melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
4.      Bagaimana efektivitas penggunaan tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?

B.                 Landasan Teori
Helbert Mead adalah yang petama-tama mendefinisikan teori interaksi simbolik. Mead mengutarakan tentang tiga prinsip interaksi simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). 
Setelah manusia paham tentang konsep meaning, language, dan thought saling terkait, maka kita dapat memahami konsep tentang ‘diri’ (self). Konsep diri menurut Mead sebenarnya seseorang melihat dirinya lebih kepada bagaimana orang lain melihat dirinya (imagining how we look to another person). Kaum interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial.
Dalam konsepsi interaksionisme simbolik dikatakan bahwa kecenderungan dalam menafsirkan diri lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri. Orang tersebut cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai dirinya, bagaimana ekspektasi orang terhadap dirinya. Oleh karenanya konsep diri terutama dalam bentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau tafsiran orang lain tersebut kepada diri manusia. Setiap manusia sering kali mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Manusia semacam meminjam kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat dirinya. Konsep diri adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri. Konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa (language).
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind) mengenai diri (self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) di mana individu tersebut menetap, seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) (dxalam Ardianto, 2007:136).

Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
1.      Pikiran (mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, di mana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.      Diri (self) adalah kemampuan untuk mereflesikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat lain, dan teori interaksionisme adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3.      Masyarakat (society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam prilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. “Mind, Self and Society” merupakan karya Helbert Mead yang paling terkenal, di mana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik (Mead, 2008:96).

Jika kutipan di atas dikaitkan dengan efektivitas komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi prilaku manusia, di mana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.
C.                Hasil Penelitian dan Pembahasan
            Berikut adalah penelitian mengenai pesan komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer. Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
            Efektivitas komunikasi para pelukis dalam menyampaikan pesan – pesan yang tercantum dalam setiap karyanya diperlukan faktor yang mendukung seperti penggunaan unsur komunikasi nonverbal yang tepat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan target yang ditujunya. Bagi seniman, ungkapan secara nonverbal yang dilakukan melalui wadah seni lukis akan diutarakan melalui gambar, symbol, warna dan lainnya yang ada di dalam lukisannya tersebut.
            Asumsi peneliti terhadap efektivitas penggunaan warna baik secara warna Keseimbangan (Balance), warna Keserasian (Harmony), serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) di mana khalayak baik yang menjadi pengunjung pameran maupun yang lainnya dapat menerima dan memahami pesan nonverbal dari penggunaan warna yang ditonjolkan pada lukisan kontemporer. Dalam lukisan kontemporer, kedalam warna memang sangat diperhatikan karena seni lukis kontemporer lebih menciptakan objek masa kini yang lebih menonjolkan kedalaman warna baik dari warna Keseimbangan (Balance), warna Keserasian (Harmony), serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) itu sendiri. Menurut Geny Flowers mengatakan :
            Kedalaman warna dalam sebuah lukisan akan menciptakan kemewahan arti dari lukisan itu sendiri, karena dengan adanya warna yang dalam dapat menghasilkan lukisan kontemporer semakin hidup, bisa dipahami makna yang terkandung dalam lukisan itu sendiri. Selain itu dengan adanya kedalaman warna dapat menciptakan lukisan semakin indah untuk dilihat (Flowers, 2009 : 82).

            Karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam penyampaian pesan sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengolah suatu media dalam penciptaan suatu karya. Teknik berkarya seni lukis kontemporer sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni lukis kontemporer dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya. Dalam efektivitas penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan. Penulis telah merangkum temuan penelitian yang diantaranya terbagai kepada tiga bagian yaitu : Rasionalitas/Rationality, dominan bentuk-bentuk geometris, serta kreativitas melukis.
             Di dalam pembuatan karya seni, seniman sebagai komunikator di dalam proses komunikasi nonverbal visual akan memilih dan mengkreasikan objek-objek yang ada dalam karyanya sesuai realitas visual yang ia tangkap didalam pikirannya. Tentunya setiap orang memiliki pandangan akan suatu realitas yang berbeda-beda tiap orangnya tergantung kesadarannya masing-masing. Begitu pula pada seni lukis yang beragam macamnya dan memiliki arti (pesan) yang berbeda. Selain unsur warna salah satu yang sering menjadi daya tarik para pencinta seni lukis adalah karakter dan bentuk.  Menurut John Gerrard karakter dan bentuk pada lukisan kontempoler yaitu :
1.      Rasionalitas/Rationality
Sebuah aksi, keyakinan, atau keinginan yang rasional jika kita harus memilih. Rasionalitas merupakan konsep normatif yang mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk percaya, atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak.

2.      Dominant bentuk-bentuk geometris
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau berlawanan orientasinya dan saling menembus batas masing-masing. Maka masing-masing bentuk akan bersaing untuk mendapatkan supermasi dan dominasi secara visual. Pada situasi semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat berkembang:

3.      Kreativitas 
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing).

            Sementara bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur.
Bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur.Kata bentuk dalam seni rupa diartikan sebagai wujud yang terdapat di alam dan yang tampak nyata. Bentuk hadir sebagai manifestasi fisik objek yang dijiwai dan disebut sebagai sosok/ Form (Gerrard, 2008 : 148).
            Dalam hal ini bentuk yang diciptakan sesuai dengan nilai kegunaannya (functional form).Selain itu, bentuk juga diciptakan sebagai ungkapan perasaan (ekspresi), seperti pada lukisan dan patung. Jenis dan sifat bentuk adalah sebagai berikut:
  1. Bentuk organik, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang mengingatkan pada bentuk makhluk hidup. seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan;
  2. Bentuk dwi-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang terbatas pada bidang. Bentuk yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, seperti bentuk pada gambar dan lukisan;
  3. Bentuk tri-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi, seperti pada bentuk patung dan bangunan;
  4. Bentuk diam dan bergerak (statis dan kinetis) seperti pada patung dan mobil;
  5. Bentuk berirama (ritmis) seperti pada bangunan dan patung;
  6. Bentuk agung dan abadi (monumental) seperti pada bangunan dan patung (Nurjanah, 2011: 79).
            Unsur coretan dan garis (line) dalam penggunaannya, garis mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau miring. Garis mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang, dan pendek, juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau radiasi dan garis yang saling berlawanan.
            Garis dalam seni lukis sulam dimunculkan dengan cara melekatkan benang ke atas permukaan kain. Garis dan kesan fisiknya dirangkum oleh Suryahadi dalam Euis Nurjanah (2011: 48). Garis terbentuk melalui goresan atau tarikan dari titik yang satu ke titik yang lain. Bermacam bentuk garis, yaitu garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus, garis tak beraturan, dan lain-lain. Setiap garis tersebut dapat menimbulkan kesan yang beragam yang dinamakan sifat garis. Misalnya, garis lurus dapat mengesankan kaku, tegas, dan keras.
            Garis merupakan unsur mendasar dan unsur penting dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Awal mula pembuatan seni rupa umumnya dimulai dengan coretan garis sebagai rancangan awal. Garis adalah hubungan dua titik/lebih/jejak-jejak titik yang bersambungan atau berderet. Garis memiliki dimesnsi memanjang dan mempunyai arah serta sifat-sifat khusus seperti pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak dan seterusnya (Flower, 2009: 19).

            Dalam sebuah karya seni rupa garis dapat juga digunakan sebagai simbol ekspresi. Beberapa contohnya seperti garis tebal tegak lurus misalnya, memberi kesan kuat dan tegas, sedangkan garis tipis melengkung memberi kesan lemah dan ringkih. Karakter garis merupakan bahasa rupa dari unsur garis, baik untuk garis nyata maupun garis semu.
            Dan yang terkahir adalah Tekstur unsur yang menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada seni rupa secara nyata atau semu. Menurut (Prawira, 2004 : 107), “Tekstur adalah unsur rupa yang menjanjikan rasa permukaan bahan yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu.
            Tekstur sebagai unsur  seni rupa adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah karya seni rupa. Setiap benda ada yang memiliki tekstur berbeda dan adapun yang sama. Tekstur terdiri atas dua jenis yaitu nyata dan semu. Pengertian tekstur semu adalah kesan yang berbeda antara penglihatan dan perabaan terhadap sifat dan keadaan permukaan bidang benda karya seni rupa. Pengertian tekstur nyata adalah nilai raba yang sama antara penglihatan dan rabaan. Tekstur yaitu sifat permukaan benda. Tekstur disebut juga barik atau rasa bahan. Tekstur memberi kesan benda diantaranya :
  1. Kasar yaitu bagian lukisan yang terlihat kasar 
  2.  Halus bagian lukisan kontempoler yang halus tidak kasar
  3. Mengkilat bagian lukisan yang mengkilat karena penggunaan cat lukis yang berbeda dengan cat lukis biasa (Gerrard, 2008:219).
        Tekstur satu unsur sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah karya seni rupa. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda. Tekstur bisa dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata ialah nilai raba yang sama antara sebuah penglihatan dan rabaan. Sedangkan pada teksur semu ialah suatu kesan yang tidak sama antara penglihatan dan perabaan.

D.                Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Penggunaan warna melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan dapat diterima oleh khalayak yang melihat lukisan kontemporer hal tersebut dikarenakan warna keseimbangan (Balance), warna keserasian (Harmony), serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) dapat diterima dan dipahami makna dari warna lukisan kontemporer tersebut, aehingga komunikasi nonverbal yang disampaikan pelukis dapat dikatakan efektif karna, pendapat pelukis dengan pencinta lukisan sama.
2.      Penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan berupa Rasionalitas/Rationality, Dominan bentuk-bentuk geometris, serta kreativitas melukis menciptakan khalayak yang melihat lukisan kontemporer Komunitas Pelukis Kontemporer Jakarta (KPKJ) menerima dan memahami mengenai karakter dan bentuk dari teknik lukis kontemporer tersebut oleh karena itu komunikasi nonverbal melalui penggunaan karakter dan bentuk dapat dikatakan efektif/dapat dipahami.
3.      Penggunaan coretan dan garis melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan melalui coretan dan garis tebal, coretan dan garis tipis, serta coretan dan garis panjang dan pendek memberikan pemahaman terhadap khalayak yang melihat lukisan, sehingga hal itu yang membuat khalayak menerima makna lukisan dan paham terhadap lukisan yang diciptakan Komunitas Pelukis Kontemporer Jakarta (KPKJ). Dengan demikian pesan komunikasi nonverbal melalui penggunaan coretan dapat tersampaikan dan dipahami oleh para pencinta lukisan.

4.      Penggunaan tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan melalui tekstur kasar yaitu bagian lukisan yang terlihat kasar, tektur halus bagian lukisan kontempoler yang halus tidak kasar, dan tektur mengkilat bagian lukisan yang mengkilat karena penggunaan cat lukis telah menciptakan penerimaan dan pemahaman makna dari khalayak yang melihat lukisan dari Komunitas Pelukis Kontemporer Jakarta (KPKJ). Karna kesamaan pendapat antara pelukis dan pencinta lukisan membuat pesan yang terdapat di dalam lukisan tersebut dapat dipahami sehingga penyampaian pesan dapat dikatakan efektif.
E.                 Saran
Saran Teoritis
1.      Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta pengkajian bagi pengembangan Ilmu Komunikasi. Khususnya Public Relations yang berkaitan dengan metodologi deskriptif tentang efektivitas komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer. Agar dapat mengetahui sebuah image (citra) positif yang dibentuk dari komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer.
2.      Dalam membahas efektivitas komunikasi nonverbal, sebaiknya peneliti selanjutnya untuk menekankan kepada deskriptif kuantitatif yang lebih menggunakan data primer angket atau kuisioner yang melibatkan responden bukan narasumber. Agar penelitian selanjutnya lebih menjelaskan lebih rinci tentang bahasan efektivitas komunikasi yang ditelitinya.

Saran Praktis
1.      Dalam efektivitas penggunaan warna melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya dalam pemberian pesan lukisan pelukis harus lebih memperjelas isi atau makna dari kandungan warna yang diciptakan agar khalayak yang melihat lukisan lebih memahami kandungan dari lukisan kontemporer yang diciptakan.
2.      Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pelukis harus mengutkan karakter dan bentuk lukisan kontemporer agar khalayak tidak salah mengartikan dan tidak salah menilai karakter dan bentuk lukisan kontemporer ataupun bukan lukisan kontemporer.
3.      Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan coretan dan garis melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pelukis lebih spesifik menjelaskan coretan dan garis lukisan kontemporer agar khalayak tidak salah menilai mana lukisan kontemporer dan lukisan lainnya.
4.      Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pihak pelukis lebih memperhatikan dan lebih menjelaskan tekstur dari teknik lukis kontemporer agar khalayak tidak salah menilai terhadap lukisan kontemporer tersebut.






Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, 2011, Handbook of Public Relations. Bandung : Simbiosa Reklatama Media.
Flower, H. James. 2009. Visualisasi Seni Warna dalam Simbol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gerard, Johas. 2010. Visualisasi Acrylic pada Kanvas. Yogyakarta: Andi.
Mead. Helbert 2008, Contemporer Sociology, United State Of America: Sage Publications US
Nurjanah, 2011. Kontribusi Hasil Belajar Dasar Seni dan Desain. Jakarta: Pustaka Utama

Senin, 07 Oktober 2019

Orang Tua Ku, Aku Merindu.



Orang tua ku, Setiap sore aku selalu berjalan menuju rumah.
Dengan debu yang tebal, hingga truck dan mobil yang membuat kesal.
Sepertinya aku mulai merasakan lelah.
Bukannya senang malah menjadi sakit.
Orang tua ku, Rasa ini membuatku merindu.
Bila bersamamu, aku hangat dalam bilik bambu rumah kita.
Bila di rumah, aku rindu canda dan tawa yang mengiris kesedihanku.

Orang tua ku, Aku menceritakan perjalanan sore ku menuju rumah, tidak bicara soal bahagia.
Aku bicara tentang keluhan, derita, dan sakit yang kurasa.
Rindukah engkau kepadaku ? seperti aku rindu selalu berada di dekatmu.
Debu seakan berkata kepadaku "Hai pemuda tidak kah engkau lelah menjalani derita ini?"
Tak perlu menjawab, Baju kusut, kusam, dan bau ini adalah bukti bahwa sakit telah dirasa.

Orang tua ku, Aku sungguh rindu.
Tapi, semakin sering aku menemuimu, semakin sedih mataku melihat tanpa mampu memberi kebahagiaan.
Aku Takut, berbondong-bondong kesedihan akan datang.
dan banyak yang harus aku pikirkan tentang dirimu.
Tak ingin rasanya aku menambah beban yang harus engkau tanggung.
Walau rindu ini tak mudah untuk dikendalikan.
Demi kebahagiaanku, yang mungkin selalu menjadi deritamu.
Sudahlah, cukup semua hayalan ini.
Menatapmu, dan melihat mu tersenyum ketika membuka pintu kamarku saja sudah membuat ku senang.

Aku berbisik sebuah kata didalam cerita ini.
yang mungkin bukan sebuah puisi.
tapi orang tua ku nyata kuakui.
demi kebagiaan yang berisi.
aku akan selalu memberi.
meski terkadang jiwa ini iri.

Muhammad Naufal Lbs.
Selasa, 08/10/2019


Minggu, 29 September 2019

30 September 2019


30 September dua ribu sembilan belas.
pagi ini kopi ku terasa pahit di depan kelas.
dengan raut wajah yang mulai memelas.
melihat mahasiswa berjuang demi negara yang berkelas.

Satu demi satu berita duka telah tiba.
Sakit hingga mati terlihat sedih wajah mahasiswa.
demi sang merah putih mereka berdiri terluka.
menjadi saksi indonesia yang belom merdeka.

Kamis, 26 September 2019

Pagi ini dipinggir meja kantor

Pagi ini dipinggir meja kantor
Duduk tegak bagai sang ilustrator
Tak dihargai terus dicaci sampai kotor
seperti di anggap bagai seorang Koruptor

Pagi ini menulis dalam rindu
Baju rapih ternodai mulut dinginmu
Tak di pandang bagai kotoran lembu
Seperti jijik melihat seorang penipu

Pagi ini kucoba bertahan
Layar komputer menjadi seserahan
tak di beri tugas menjadi sang rembulan
Seperti Batu yang dibuang di pinggir jalan

Rabu, 25 September 2019

Mencoba Untuk Berdiri Melawan NKRI

Hari ini aku berdiri
Di depan gedung DPR
mencoba agar tidak dikebiri
walaupun masih banyak PR

Kami tidak sendiri
Kami berdiri untuk memberi
aspirasi sang mentari
untuk dijadikan bukti
bahwa indonesia harga mati

meski kuping ini tuli
kami akan selalu disini
mencoba untuk berlari
membela NKRI
demi Negri yang lestari




Selasa, 24 September 2019

Hidup Mahasiswa Indonesia

Pagi, Putra Putri Indonesia
tak pernah takut membela negara
Mahasiswa menjadi buktinya
Anak STM pun ikut berkerja
Rakyat menjadi saksi dengan mata

Berjuanglah sang para pujangga
badan tegar membela dengan suara
meski tangis terus merajalela
merah putih akan selalu di dada
demi masyarakat yang telah berjasa

#HidupMahasiswa

Minggu, 22 September 2019

Gundah sang rambulan di malam hari

Gundah sang rambulan di malam hari

memandang dunia selalu terasa mati
terkikis kata menjadi resah sendiri
tak mampu berjalan dan ingin memiliki

Selalu bermimpi,
menjadi mentari di malam gelap
selalu bahagia dan tidur dengan lelap
meski dunia tak terlihat gemerlap

Hilangkan mimpi itu
Perbaiki hati dan pikiran ini
Karena,
Gundah tak menjadi abadi
Gundah tak selalu menghakimi
Gundah tak menakuti
Gundah tak membuat mati

Ketika Gundah terasa sendiri, Sabari
ketika Gundah terasa sakit, Sabari
Ketika Gundah tak ada yang mengasihi, Sabari
Sabarlah..

Senin, 16 September 2019

Dosa sang pujangga

Dosa sang pujangga

Menagis menatapi derita
Melihat dunia seaakan tak punya berita
Berkerja, seakan tak pernah merana
Tapi hati gelisah bagai seorang pujangga

Duduk terdiam mencari kata - kata
Melihat cahaya yang terus merona
Merangkai cerita, membalut hari dengan pena
Bagai sesosok sang penerima luka

Sakit terus menyelimuti duka
Menjadi merah dimata dan terlihat merona
Tanpa rasa, mencoba untuk menghapus dosa
Menutupi hidup yang penuh dengan sengsara

Sang derita, menjadi malapetaka
Bahagia datang seakan takkan pernah lupa
Dosa yang terus menyelimuti dunia
Walau hati sang pujangga telah merasa merdeka

Minggu, 15 September 2019

Pohon

Aku sedang merangkai pohon, dengan daun kering yang mulai terjatuh.

Memanjakan diri dengan pupuk yang membuatku tangguh.

Kurangkai tanah disisiku agar terlihat meriah.

Akar demi akar kutanamkan dengan mewah.

Mengikis cahaya matahari yang panas hanya untuk tumbuh.

berharap engkau kan datang kepadaku membawakan secangkir air yang bersih.

Sang Ibu

Ibuku Bagaikan Sebuah Jam yang berbunyi setiap hari,
Mengetuk pintu, membisikkan nyanyian embun pagi,
Berharap sang ayam keluar dari kandangnya untuk berlalri,
menanak nasi, membelai panasnya sang api,
Makan, sarapanmu sudah siap kata sang penari,
mengiris lelah, keringat tak lagi memiliki arti,
Demi sepatah kata sang ibu pun berlari,
Hati hati dijalan nak, semoga hari mu indah seperti layaknya sang mentari.

Sang mentari pergi, sang penari pun tetap menjadi saksi,
Menutup pintu rumah dengan keringat yang sungguh berarti,

Menghela nafas, berharap bahagia kan sesalu menemani,

Cinta Bercerita

Cinta,
Bagaikan sebuah cerita,
tak tau mengarah kemana,
kucoba untuk merangkai kata,
dengan mata buta yang penuh luka,
mungkin ini sebuah derita,
tanpa rasa benci yang ada di berita,
mungkin kah ini surga? atau hanya tanda.
tapi ini terlihat indah di mata,
bagai cahaya sang bunga.

Jumat, 13 September 2019

September Kelabu

September kelabu,
tak jarang mimpi menjadi pilu,
bila hati ini ragu,
Sang rembulan pun menjadi benalu.

Kubuka mata agar semua berlalu,
melihat kaca yang retak tanpa pernah ragu,
kucoba untuk berjalan mesti takkan pernah tahu,
hingga kudapat kepingan cahaya dimatamu.