PESAN KOMUNIKASI
NONVERBAL LUKISAN MELALUI TEKNIK LUKIS KONTEMPORER
NONVERBAL
COMMUNICATION MESSAGES OF PAINTING THROUGH ENGINEERING CONTEMPORARY LAYER
Muhammad
Naufal, Dr. Ani Yuningsih. Dra., M.Si
Prodi Ilmu Hubungan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: mnaufallubiss@gmail.com
Abstract. With the development of painting in Indonesia
is so rapid now that painting can be one tool to convey the message
symbolically. The problem is when a painter describes a message through
contemporary paintings of many communities or targets of the painter who can
not understand the elements / messages in the painting, such as the meaning of
the colors, the intentions of the characters and shapes made, the rough
textures As well as the lines that even have different messages of each form,
so that many people do not know clearly the content of the message in the
painting made by the painter The purpose of research to determine the
effectiveness of the use of colors, characters and shapes, streaks and lines,
Texture through contemporary painting techniques in conveying messages.
Descriptive research method with interview techniques, observation, and
literature review that explains or discusses events without testing the
hypothesis or numbers. The results of the discussion show that the use of
colors, characters and shapes, streaks and lines, and textures through
contemporary painting techniques can be said to be effective because the
message contained in the painting can be understood its meaning and understood
by contemporary paint lovers.
Keywords: Message,
Nonverbal Communication, Contemporary Painting
Abstrak. Dengan berkembangnya seni lukis di Indonesia yang begitu pesat sekarang
lukisan bisa menjadi salah satu alat untuk menyampaikan pesan secara simbolis.
Permasalahannya adalah ketika seorang pelukis menggambarkan sebuah pesan
melalui lukisan kontemporer banyak masyarakat atau target dari si pelukis yang
tidak dapat memahami unsur-unsur/pesan yang ada di dalam lukisan itu, seperti
arti dari warna, maksud dari karakter dan bentuk yang dibuat, tekstur yang
kasar maupun halus, dan garis yang bahkan memiliki pesan yang berbeda setiap
bentuknya, sehingga banyak orang yang tidak mengetahui secara jelas isi pesan
yang ada di dalam lukisan yang dibuat oleh sang pelukis Tujuan penelitian untuk
mengetahui efektivitas penggunaan warna, karakter dan bentuk, coretan dan
garis, tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan.
Metode penelitian deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan tinjauan
pustaka yang memaparkan atau membahas peristiwa tanpa menguji hipotesis atau
angka-angka. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa penggunaan warna, karakter dan
bentuk, coretan dan garis, serta tekstur melalui teknik lukis kontemporer dapat
dikatakan efektif karena pesan yang terdapat di dalam lukisan dapat dimengerti
maknanya dan dipahami oleh para pencinta seni lukis kontemporer.
Kata
Kunci: Pesan, Komunikasi Nonverbal, Lukisan Kontemporer
A.
Pendahuluan
Komunikasi pada saat ini sangat
berkembang pesat, baik itu median atau alat komunikasi yang terus berkembang
seiring dengan majunya teknologi komunkasi. Komunikasi nonverbal yang ada di
sekitar kita menjadi salah satu teknik untuk menyampaikan pesan yang sering
digunakan oleh masyarakat.
Dalam sebuah lukisan ternyata banyak terdapat pesan – pesan komunikasi
di dalamnya sehingga lukisan dapat menjadi salah satu alat atau media untuk menyampaikan
pesan kepada masyarakat. Tetapi banyak masyarakat yang melihat lukisan hanya
berdasarkan bagusnya saja, tidak melihat isi pesan yang ada di dalam lukisan
tersebut..
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana
efektivitas komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui
teknik lukis kontemporer”. Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini diuraikan
dalam pokok-pokok sbb.
1.
Bagaimana efektivitas penggunaan
warna melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
2.
Bagaimana efektivitas penggunaan
karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
3.
Bagaimana efektivitas penggunaan
coretan dan garis melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
4.
Bagaimana efektivitas penggunaan
tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan?
B.
Landasan Teori
Helbert Mead adalah yang
petama-tama mendefinisikan teori interaksi simbolik. Mead mengutarakan tentang
tiga prinsip interaksi simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language),
dan pikiran (thought).
Setelah manusia paham tentang
konsep meaning, language, dan thought saling terkait, maka kita
dapat memahami konsep tentang ‘diri’ (self). Konsep diri menurut Mead
sebenarnya seseorang melihat dirinya lebih kepada bagaimana orang lain melihat
dirinya (imagining how we look to another person). Kaum interaksionisme
simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass self dan
bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial.
Dalam konsepsi interaksionisme
simbolik dikatakan bahwa kecenderungan dalam menafsirkan diri lebih kepada
bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri. Orang tersebut cenderung
untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai dirinya,
bagaimana ekspektasi orang terhadap dirinya. Oleh karenanya konsep diri
terutama dalam bentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau tafsiran
orang lain tersebut kepada diri manusia. Setiap manusia sering kali mencoba
memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah
perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Manusia semacam meminjam
kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat dirinya. Konsep diri
adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri.
Konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui
konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa (language).
Interaksi simbolik ada karena
ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind) mengenai diri (self), dan hubungannya di tengah
interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) di mana individu tersebut menetap, seperti yang dicatat
oleh Douglas (1970) (dxalam Ardianto, 2007:136).
Makna itu berasal dari interaksi,
dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan
dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ketiga ide dasar
dari interaksi simbolik, antara lain:
1.
Pikiran (mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, di mana tiap individu harus mengembangkan pikiran
mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.
Diri (self)
adalah kemampuan untuk mereflesikan diri tiap individu dari penilaian sudut
pandang atau pendapat lain, dan teori interaksionisme adalah salah satu cabang
dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3.
Masyarakat (society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun,
dan dikonstruksikan tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu
tersebut terlibat dalam prilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela,
yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di
tengah masyarakatnya. “Mind, Self and
Society” merupakan karya Helbert Mead yang paling terkenal, di mana dalam
buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan
untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik (Mead, 2008:96).
Jika
kutipan di atas dikaitkan dengan efektivitas
komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis
kontemporer tema pertama pada interaksi
simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi prilaku manusia, di mana
dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi,
karena awalnya makna itu tidak ada artinya, untuk menciptakan makna yang dapat
disepakati secara bersama.
C.
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Efektivitas
komunikasi para pelukis dalam menyampaikan pesan – pesan yang tercantum dalam
setiap karyanya diperlukan faktor yang mendukung seperti penggunaan unsur
komunikasi nonverbal yang tepat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan target
yang ditujunya. Bagi seniman,
ungkapan secara nonverbal yang dilakukan melalui wadah seni lukis akan
diutarakan melalui gambar, symbol, warna dan lainnya yang ada di dalam
lukisannya tersebut.
Asumsi
peneliti terhadap efektivitas penggunaan warna baik secara warna Keseimbangan (Balance), warna Keserasian (Harmony), serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) di mana khalayak baik
yang menjadi pengunjung pameran maupun yang lainnya dapat menerima dan memahami
pesan nonverbal dari penggunaan warna yang ditonjolkan pada lukisan
kontemporer. Dalam lukisan kontemporer, kedalam warna memang sangat
diperhatikan karena seni lukis kontemporer lebih menciptakan objek masa kini
yang lebih menonjolkan kedalaman warna baik dari warna Keseimbangan (Balance), warna Keserasian (Harmony), serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) itu sendiri. Menurut
Geny Flowers mengatakan :
Kedalaman
warna dalam sebuah lukisan akan menciptakan kemewahan arti dari lukisan itu
sendiri, karena dengan adanya warna yang dalam dapat menghasilkan lukisan
kontemporer semakin hidup, bisa dipahami makna yang terkandung dalam lukisan
itu sendiri. Selain itu dengan adanya kedalaman warna dapat menciptakan lukisan
semakin indah untuk dilihat (Flowers, 2009 : 82).
Karakter dan bentuk
melalui teknik lukis kontemporer dalam penyampaian pesan sebagai salah satu cara
yang digunakan untuk mengolah suatu media dalam penciptaan suatu karya. Teknik
berkarya seni lukis kontemporer sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang
digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni lukis kontemporer dapat juga
dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga
terjadilah keunikan teknik berkarya. Dalam efektivitas
penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam
menyampaikan pesan. Penulis telah merangkum temuan penelitian yang diantaranya
terbagai kepada tiga bagian yaitu : Rasionalitas/Rationality,
dominan bentuk-bentuk geometris, serta kreativitas melukis.
Di dalam pembuatan karya seni, seniman sebagai
komunikator di dalam proses komunikasi nonverbal visual akan memilih dan
mengkreasikan objek-objek yang ada dalam karyanya sesuai realitas visual yang
ia tangkap didalam pikirannya. Tentunya setiap orang memiliki pandangan akan suatu
realitas yang berbeda-beda tiap orangnya tergantung kesadarannya masing-masing.
Begitu pula pada seni lukis yang beragam macamnya dan memiliki arti (pesan)
yang berbeda. Selain unsur warna salah satu yang sering
menjadi daya tarik para pencinta seni lukis adalah karakter dan bentuk. Menurut John Gerrard karakter dan bentuk pada
lukisan kontempoler yaitu :
1.
Rasionalitas/Rationality
Sebuah aksi, keyakinan, atau keinginan yang
rasional jika kita harus memilih. Rasionalitas merupakan konsep normatif yang
mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk
percaya, atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak.
2.
Dominant bentuk-bentuk geometris
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau
berlawanan orientasinya dan saling menembus batas masing-masing. Maka
masing-masing bentuk akan bersaing untuk mendapatkan supermasi dan dominasi
secara visual. Pada situasi semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat
berkembang:
3.
Kreativitas
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru
dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new
thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing).
Sementara bentuk adalah suatu bidang
kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) atau dibatasi
oleh adanya warna yang berbeda oleh gelap terang pada arsiran atau karena
adanya tekstur.
Bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena
dibatasi oleh sebuah kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang
berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur.Kata
bentuk dalam seni rupa diartikan sebagai wujud yang terdapat di alam dan yang
tampak nyata. Bentuk hadir sebagai manifestasi fisik objek yang dijiwai dan
disebut sebagai sosok/ Form (Gerrard,
2008 : 148).
Dalam hal ini bentuk yang diciptakan
sesuai dengan nilai kegunaannya (functional form).Selain itu, bentuk
juga diciptakan sebagai ungkapan perasaan (ekspresi), seperti pada lukisan dan
patung. Jenis dan sifat bentuk adalah sebagai berikut:
- Bentuk organik, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang mengingatkan pada bentuk makhluk hidup. seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan;
- Bentuk dwi-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang terbatas pada bidang. Bentuk yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, seperti bentuk pada gambar dan lukisan;
- Bentuk tri-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi, seperti pada bentuk patung dan bangunan;
- Bentuk diam dan bergerak (statis dan kinetis) seperti pada patung dan mobil;
- Bentuk berirama (ritmis) seperti pada bangunan dan patung;
- Bentuk agung dan abadi (monumental) seperti pada bangunan dan patung (Nurjanah, 2011: 79).
Unsur
coretan dan garis (line) dalam
penggunaannya, garis mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau
miring. Garis mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang, dan pendek, juga
saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau
radiasi dan garis yang saling berlawanan.
Garis
dalam seni lukis sulam dimunculkan dengan cara melekatkan benang ke atas
permukaan kain. Garis dan kesan fisiknya
dirangkum oleh Suryahadi dalam Euis Nurjanah (2011: 48). Garis terbentuk
melalui goresan atau tarikan dari titik yang satu ke titik yang lain. Bermacam
bentuk garis, yaitu garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus, garis tak
beraturan, dan lain-lain. Setiap garis tersebut dapat menimbulkan kesan yang
beragam yang dinamakan sifat garis. Misalnya, garis lurus dapat mengesankan
kaku, tegas, dan keras.
Garis merupakan unsur mendasar dan
unsur penting dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Awal mula pembuatan seni
rupa umumnya dimulai dengan coretan garis sebagai rancangan awal. Garis adalah
hubungan dua titik/lebih/jejak-jejak titik yang bersambungan atau berderet.
Garis memiliki dimesnsi memanjang dan mempunyai arah serta sifat-sifat khusus
seperti pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak dan
seterusnya (Flower, 2009: 19).
Dalam
sebuah karya seni rupa garis dapat juga digunakan sebagai simbol ekspresi.
Beberapa contohnya seperti garis tebal tegak lurus misalnya, memberi kesan kuat
dan tegas, sedangkan garis tipis melengkung memberi kesan lemah dan ringkih. Karakter
garis merupakan bahasa rupa dari unsur garis, baik untuk garis nyata maupun
garis semu.
Dan yang terkahir
adalah Tekstur unsur yang menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat
dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada seni
rupa secara nyata atau semu. Menurut (Prawira, 2004 : 107), “Tekstur adalah
unsur rupa yang menjanjikan rasa permukaan bahan yang sengaja dibuat dan
dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada
karya seni rupa secara nyata atau semu.
Tekstur sebagai unsur seni
rupa adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada
sebuah karya seni rupa. Setiap benda ada yang memiliki tekstur berbeda dan
adapun yang sama. Tekstur terdiri atas dua jenis yaitu nyata dan semu. Pengertian
tekstur semu adalah kesan yang berbeda antara penglihatan dan perabaan terhadap
sifat dan keadaan permukaan bidang benda karya seni rupa. Pengertian tekstur
nyata adalah nilai raba yang sama antara penglihatan dan rabaan. Tekstur yaitu
sifat permukaan benda. Tekstur disebut juga barik atau rasa bahan. Tekstur
memberi kesan benda diantaranya :
- Kasar yaitu bagian lukisan yang terlihat kasar
- Halus bagian lukisan kontempoler yang halus tidak kasar
- Mengkilat bagian lukisan yang mengkilat karena penggunaan cat lukis yang berbeda dengan cat lukis biasa (Gerrard, 2008:219).
Tekstur
satu unsur sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada
sebuah karya seni rupa. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda.
Tekstur bisa dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata
ialah nilai raba yang sama antara sebuah penglihatan dan rabaan. Sedangkan pada
teksur semu ialah suatu kesan yang tidak sama antara penglihatan dan perabaan.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penggunaan warna melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan
pesan dapat diterima oleh khalayak yang melihat lukisan kontemporer hal
tersebut dikarenakan warna keseimbangan (Balance), warna keserasian (Harmony),
serta warna penekanan (Aksen/Emphasis) dapat diterima dan dipahami makna dari
warna lukisan kontemporer tersebut, aehingga komunikasi nonverbal yang
disampaikan pelukis dapat dikatakan efektif karna, pendapat pelukis dengan
pencinta lukisan sama.
2. Penggunaan karakter dan bentuk melalui teknik lukis kontemporer dalam
menyampaikan pesan berupa Rasionalitas/Rationality, Dominan bentuk-bentuk
geometris, serta kreativitas melukis menciptakan khalayak yang melihat lukisan kontemporer
Komunitas Pelukis Kontemporer Jakarta (KPKJ) menerima dan memahami mengenai
karakter dan bentuk dari teknik lukis kontemporer tersebut oleh karena itu
komunikasi nonverbal melalui penggunaan karakter dan bentuk dapat dikatakan
efektif/dapat dipahami.
3. Penggunaan coretan dan garis melalui teknik lukis kontemporer dalam
menyampaikan pesan melalui coretan dan garis tebal, coretan dan garis tipis,
serta coretan dan garis panjang dan pendek memberikan pemahaman terhadap
khalayak yang melihat lukisan, sehingga hal itu yang membuat khalayak menerima
makna lukisan dan paham terhadap lukisan yang diciptakan Komunitas Pelukis
Kontemporer Jakarta (KPKJ). Dengan demikian pesan komunikasi nonverbal melalui
penggunaan coretan dapat tersampaikan dan dipahami oleh para pencinta lukisan.
4. Penggunaan tekstur melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan
pesan melalui tekstur kasar yaitu bagian lukisan yang terlihat kasar, tektur
halus bagian lukisan kontempoler yang halus tidak kasar, dan tektur mengkilat bagian
lukisan yang mengkilat karena penggunaan cat lukis telah menciptakan penerimaan
dan pemahaman makna dari khalayak yang melihat lukisan dari Komunitas Pelukis
Kontemporer Jakarta (KPKJ). Karna kesamaan pendapat antara pelukis dan pencinta
lukisan membuat pesan yang terdapat di dalam lukisan tersebut dapat dipahami
sehingga penyampaian pesan dapat dikatakan efektif.
E.
Saran
Saran Teoritis
1.
Penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran serta pengkajian bagi pengembangan Ilmu
Komunikasi. Khususnya Public Relations yang
berkaitan dengan metodologi deskriptif tentang efektivitas komunikasi nonverbal
pelukis dalam menyampaikan pesan melalui teknik lukis kontemporer. Agar dapat
mengetahui sebuah image (citra)
positif yang dibentuk dari komunikasi nonverbal pelukis dalam menyampaikan
pesan melalui teknik lukis kontemporer.
2.
Dalam membahas efektivitas
komunikasi nonverbal, sebaiknya peneliti selanjutnya untuk menekankan kepada
deskriptif kuantitatif yang lebih menggunakan data primer angket atau kuisioner
yang melibatkan responden bukan narasumber. Agar penelitian selanjutnya lebih
menjelaskan lebih rinci tentang bahasan efektivitas komunikasi yang
ditelitinya.
Saran Praktis
1.
Dalam efektivitas penggunaan warna melalui teknik lukis kontemporer dalam
menyampaikan pesan sebaiknya dalam pemberian pesan lukisan pelukis harus lebih
memperjelas isi atau makna dari kandungan warna yang diciptakan agar khalayak
yang melihat lukisan lebih memahami kandungan dari lukisan kontemporer yang
diciptakan.
2.
Untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan karakter dan bentuk
melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pelukis
harus mengutkan karakter dan bentuk lukisan kontemporer agar khalayak tidak
salah mengartikan dan tidak salah menilai karakter dan bentuk lukisan
kontemporer ataupun bukan lukisan kontemporer.
3.
Untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan coretan dan garis
melalui teknik lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pelukis
lebih spesifik menjelaskan coretan dan garis lukisan kontemporer agar khalayak
tidak salah menilai mana lukisan kontemporer dan lukisan lainnya.
4.
Untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan tekstur melalui teknik
lukis kontemporer dalam menyampaikan pesan sebaiknya pihak pelukis lebih
memperhatikan dan lebih menjelaskan tekstur dari teknik lukis kontemporer agar
khalayak tidak salah menilai terhadap lukisan kontemporer tersebut.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, 2011, Handbook of Public Relations. Bandung : Simbiosa Reklatama Media.
Flower,
H. James. 2009. Visualisasi
Seni Warna dalam Simbol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gerard,
Johas. 2010. Visualisasi Acrylic pada
Kanvas.
Yogyakarta: Andi.
Mead. Helbert 2008,
Contemporer Sociology, United State
Of America: Sage Publications US
Nurjanah, 2011. Kontribusi Hasil Belajar Dasar Seni dan Desain. Jakarta:
Pustaka Utama